Adab Belajar dan Mengajar Menurut Al-Quran
AIK VII
( Adab Belajar dan Mengajar Menurut Al-Qur’an )
OLEH :
KELOMPOK 10 : MUHAMMAD NUR ASWAR .S ( 105720544415 )
AHMAD RIZAL ( 105720543315 )
DIAN RESKI AMALIA ( 105720545615 )
LISDA ( 105720552815 )
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMNI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
T.A 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, dan tak lupa pula penyusun kirimkan salam serta shalawat kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW karena bimbingan beliaulah yang membawa kita dari alam gelap gulita menuju terang menerang seperti yang kita rasakan sekarang ini. Adapun judul dari makalah ini adalah ”Adab Belajar dan Mengajar menurut Al-Qur’an”. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah AIK VII.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan yang telah memberikan tugas terhadap penyusun. Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.
Penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan penyusun, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakikat manusia yang menjadikan dia berbeda dengan lainnya adalah, bahwa sesungguhnya manusia membutuhkan bimbingan dan pendidikan. Sistem pendidikan islam didasarkan pada sebuah kesadaran bahwa setiap muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya. Apabila semua itu dilupakan dengan mengabaikan proses belajar dan mengajar ( pendidikan ), manusia akan kehilangan jati dirinya, sebab proses pendidikan senantiasa dikorelasikan dengan kebutuhan lingkungan, dan lingkungan dijadikan sebagai sumber belajar guna mempererat kehidupan sosial kemasyarakatan.
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang dijadikan pedoman hidup (way of life) oleh kaum muslim yang tidak ada keraguan di dalamnya. Al-Qur’an mengandung ajaran-ajaran pokok (prinsip dasar) menyangkut segala aspek kehidupan manusia dan dalam berbagai permasalahannya. Al-Qur’an bagaikan sumber mata air yang tidak pernah kering ketika manusia mengambil dan mengkaji hikmah isi kandungan- nya. Sudah tentu tergantung kemampuan dan daya nalar setiap orang dan kapan pun masanya akan selalu hadir secara fungsional memecahkan problem kemanusiaan.
Salah satu permasalahan yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah pendidikan. Al-Qur'an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting. Jika Al-Qur'an dikaji lebih mendalam, akan ditemukan beberapa prinsip dasar pendidikan yang dijadikan sumber inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu. Itulah kenapa kemudia menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim, selain itu di jelaskan juga dalam Al-Qur’an tentang di tinggikannya derajat untuk orang-orang berpendidikan seperti di jelaskan dalam surat al-Mujadilah ayat 11 :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.( QS. Al-Mujadilah : 11 )
Ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang beriman dan berilmu pengetahuan diangkat derajatnya oleh Allah SWT, beberapa derajat. Derajat yang dimaksudkan dapat bermakna kedudukan, kelebihan atau keutamaan dari makhluk lainnya, dan hanya Allah SWT. yang lebih mengetahuinya tentang bentuk dan jenisnya serta kepada siapa yang akan ditinggikan derajatnya.
Setelah manusia memiliki ilmu pengetahuan mereka berkewajiban untuk mengamalkan, mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh. Dalam mengamalkan dan mengajarkan ilmu tersebut hendaknya manusia harus memiliki wawasan tentang sistem pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian adab belajar dan mengajar menurut Al-Qur’an
Adab merupakan sebuah pola kebiasaan masyarakat sebagai norma atau aturan yang berlaku dalam suatu kebudayaan masyarakat. Belajar merupakan suatu proses penggalian ilmu pengetahuan yang dilakukan secara terus menerus oleh manusia. Adat belajar yaitu suatu aturan bagaimana manusia bisa memperoleh pengetahuan lewat aktivitasnya yang dilakukan sehari-hari.
Mengajar adalah sesuatu pemindahan ilmu pengetahuan dari satu individu ke individu lainnya, baik secara lisan maupun tulisan. Adat mengajar merupakan suatu metode atau aturan untuk menyampaikan sebuah ilmu pengetahuan, baik individu maupun kelompok.
Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai pedoman hidup untuk dirinya dan ummatnya. Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak ada keraguan di dalamnya seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 2 yang berbunyi :
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ ٢
Artinya : Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,( QS. Al-Baqarah : 2 )
Dari ayat diatas menjelaskan bagaimana Allah SWT mewahyukan Al-Qur’an sabagai kitab yang agung dan tidak sedikitpun keraguan didalamnya. Para ulama mengatakan bahwasannya janganlah kalian meragukannya, sebab meragukannya adalah larangan yang keras dari Allah SWT.
Ada dua kata yang digunakan Al-Qur’an untuk mengungkapkan makna pendidikan yaitu kata rabbdengan bentuk masdarnya tarbiyah dan kata ‘allama dengan bentuk masdarnya ta’lim. Kata tarbiyah sebagaimana dijelaskan oleh al-Raghib al- Ashfahany adalah sya’a al-syai halan fa halun ila haddi al-tamam; artinya mengembangkan atau menumbuhkan sesuatu setahap demi setahap sampai batas yang sempurna. Sedangkan kata ta’lim digunakan secara khusus untuk menunjukkan sesuatu yang dapat diulang dan diperbanyak sehingga menghasilkan bekas atau pengaruh pada diri seseorang.
Kata rabbdengan segala derivasinya disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 981 kali. Kata tersebut selanjutnya digunakan oleh Al-Qur’an untuk berbagai makna antara lain digunakan untuk menerangkan salah satu sifat Allah SWT, yaitu rabbul ‘alamin yang diartikan pemelihara, pendidik, penjaga, dan penguasa alam semesta.
Berdasarkan makna-makna tersebut di atas, terlihat dengan jelas bahwa kata rabb dalam Al-Qur’an digunakan untuk menunjukkan obyek yang bermacam-macam, baik fisik maupun non fisik. Dengan demikian, pendidikan oleh Allah SWT meliputi pemeliharaan seluruh makhluk-Nya.
Adapun kata ‘allamadengan segala bentuk derivasinya disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 854 kali, dan digunakan dalam berbagai konteks. Terkadang digunakan untuk menjelaskan bahwa Allah sebagai subyek yang mengajarkan kepada manusia beberapa hal antara lain: mengajarkan nama-nama (benda) semuanya.
Dalam proses penyelenggaraan belajar mengajar ( pendidikan ) pada lintas sejarah islam telah dimulai oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Rasulullah SAW telah mengajarkan sepuluh orang penduduk madinah sebagai sayarat pembebasan bagi setiap tawanan perang badar. Pada masa itu Nabi Muhammad SAW senantiasa menanamkan kesadaran pada sahabat dan pengikutnya akan pentingnya ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa mencari ilmu. Khalifah Umar Bin Khattab, secara khusus mengirimkan petugas ke berbagai wilayah baru islam untuk menjadi guru pengajar bagi masyarakat islam diwilayah-wilayah tersebut. Didalam surah An-Nahl ayat 64 juga menjelaskan bagaiman peranan Al-Qur’an sebagai solusi atas permasalahan yang ada pada kehidupan masyarakat.
وَمَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ ٱلَّذِي ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٗ لِّقَوۡمٖ يُؤۡمِنُونَ ٦٤
Artinya : Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS.An-Nahl: 64 )
Dari ayat diatas dapat dijelaskan bahwa bagaimana pentingnya Al-Qur’an bukan hanya sebagai pedoman namun juga menjadi solusi atas permasalahan dan perselisihan yang terjadi dimuka bumi.
2. Metode Belajar dan Mengajar ( Pendidikan ) Menurut Al-Qur’an
Secara tersurat tidak ditemukan ayat- ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang metode pendidikan. Namun, jika dianalisis dari segi redaksi Al-Qur’an dan cara Allah mengajarkan ajaran-ajaran-Nya kepada Rasul-rasul-Nya, ada beberapa metode yang dapat diadopsi menjadi metode pendidikan antara lain:
a. Metode Dialog
Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang disampaikan dengan cara dialog, baik dialog antara Allah dengan makhluk-Nya maupun dialog antara makhluk dengan makhluk lainnya. Dialog antara Allah dengan makhluk-Nya dapat dilihat ketika Allah hendak menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi, Allah berdialog dengan malaikat, sebagaimana diungkapkan dalam QS al-Baqarah/2: 31.
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبُِٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ٣١
Artinya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"( QS. Al-Baqarah : 31 ).
Demikian juga dialog antara Allah dengan penghuni neraka yang digambarkan dalam ayat QS al- Shaffat/37: 20-23.
وَقَالُواْ يَٰوَيۡلَنَا هَٰذَا يَوۡمُ ٱلدِّينِ ٢٠ هَٰذَا يَوۡمُ ٱلۡفَصۡلِ ٱلَّذِي كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ ٢١ ۞ٱحۡشُرُواْ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ وَأَزۡوَٰجَهُمۡ وَمَا كَانُواْ يَعۡبُدُونَ ٢٢ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَٱهۡدُوهُمۡ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلۡجَحِيمِ ٢٣
20. Dan mereka berkata: "Aduhai celakalah kita!" Inilah hari pembalasan.
21. Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya.
22. (kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,
23. selain Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka.
Adapun dialog antara makhluk dengan makhluk lainnya antara lain; dialog antara Nabi Syuaib dengan kaumnya sebagaimana disebutkan dalam QS Hud/11: 84-95.
۞وَإِلَىٰ مَدۡيَنَ أَخَاهُمۡ شُعَيۡبٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥۖ وَلَا تَنقُصُواْ ٱلۡمِكۡيَالَ وَٱلۡمِيزَانَۖ إِنِّيٓ أَرَىٰكُم بِخَيۡرٖ وَإِنِّيٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٖ مُّحِيطٖ ٨٤ وَيَٰقَوۡمِ أَوۡفُواْ ٱلۡمِكۡيَالَ وَٱلۡمِيزَانَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا تَبۡخَسُواْ ٱلنَّاسَ أَشۡيَآءَهُمۡ وَلَا تَعۡثَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُفۡسِدِينَ ٨٥ بَقِيَّتُ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَۚ وَمَآ أَنَا۠ عَلَيۡكُم بِحَفِيظٖ ٨٦ قَالُواْ يَٰشُعَيۡبُ أَصَلَوٰتُكَ تَأۡمُرُكَ أَن نَّتۡرُكَ مَا يَعۡبُدُ ءَابَآؤُنَآ أَوۡ أَن نَّفۡعَلَ فِيٓ أَمۡوَٰلِنَا مَا نَشَٰٓؤُاْۖ إِنَّكَ لَأَنتَ ٱلۡحَلِيمُ ٱلرَّشِيدُ ٨٧ قَالَ يَٰقَوۡمِ أَرَءَيۡتُمۡ إِن كُنتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٖ مِّن رَّبِّي وَرَزَقَنِي مِنۡهُ رِزۡقًا حَسَنٗاۚ وَمَآ أُرِيدُ أَنۡ أُخَالِفَكُمۡ إِلَىٰ مَآ أَنۡهَىٰكُمۡ عَنۡهُۚ إِنۡ أُرِيدُ إِلَّا ٱلۡإِصۡلَٰحَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُۚ وَمَا تَوۡفِيقِيٓ إِلَّا بِٱللَّهِۚ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ وَإِلَيۡهِ أُنِيبُ ٨٨ وَيَٰقَوۡمِ لَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شِقَاقِيٓ أَن يُصِيبَكُم مِّثۡلُ مَآ أَصَابَ قَوۡمَ نُوحٍ أَوۡ قَوۡمَ هُودٍ أَوۡ قَوۡمَ صَٰلِحٖۚ وَمَا قَوۡمُ لُوطٖ مِّنكُم بِبَعِيدٖ ٨٩ وَٱسۡتَغۡفِرُواْ رَبَّكُمۡ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِۚ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٞ وَدُودٞ ٩٠ قَالُواْ يَٰشُعَيۡبُ مَا نَفۡقَهُ كَثِيرٗا مِّمَّا تَقُولُ وَإِنَّا لَنَرَىٰكَ فِينَا ضَعِيفٗاۖ وَلَوۡلَا رَهۡطُكَ لَرَجَمۡنَٰكَۖ وَمَآ أَنتَ عَلَيۡنَا بِعَزِيزٖ ٩١ قَالَ يَٰقَوۡمِ أَرَهۡطِيٓ أَعَزُّ عَلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَٱتَّخَذۡتُمُوهُ وَرَآءَكُمۡ ظِهۡرِيًّاۖ إِنَّ رَبِّي بِمَا تَعۡمَلُونَ مُحِيطٞ ٩٢ وَيَٰقَوۡمِ ٱعۡمَلُواْ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمۡ إِنِّي عَٰمِلٞۖ سَوۡفَ تَعۡلَمُونَ مَن يَأۡتِيهِ عَذَابٞ يُخۡزِيهِ وَمَنۡ هُوَ كَٰذِبٞۖ وَٱرۡتَقِبُوٓاْ إِنِّي مَعَكُمۡ رَقِيبٞ ٩٣ وَلَمَّا جَآءَ أَمۡرُنَا نَجَّيۡنَا شُعَيۡبٗا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ بِرَحۡمَةٖ مِّنَّا وَأَخَذَتِ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ ٱلصَّيۡحَةُ فَأَصۡبَحُواْ فِي دِيَٰرِهِمۡ جَٰثِمِينَ ٩٤ كَأَن لَّمۡ يَغۡنَوۡاْ فِيهَآۗ أَلَا بُعۡدٗا لِّمَدۡيَنَ كَمَا بَعِدَتۡ ثَمُودُ ٩٥
84. Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)".
85. Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.
86. Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu"
87. Mereka berkata: "Hai Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal".
88. Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.
89. Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu.
90. Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.
91. Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami".
92. Syu'aib menjawab: "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu?. Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan".
93. Dan (dia berkata): "Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya akupun menunggu bersama kamu".
94. Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumahnya.
95. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa.
Dari ayat-ayat tersebut di atas terlihat dengan jelas bahwa Allah SWT. Menggunakan metode dialog dalam menyampaikan ajaran-ajaran-Nya. Hal ini menjadi petunjuk bahwa metode seperti itu dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
b. Metode Kisah
Al-Qur’an menyampaikan pesan-pesannya juga menggunakan metode kisah. Di dalam Al-Qur’an di temukan sejumlah ayat yang berisi tentang kisah-kisah umat terdahulu. Kisah Al-Qur'an banyak ragam dan bentuknya. Al-Qaththan membagi kisah dalam tiga bentuk.
Pertama, kisah-kisah tentang nabi-nabi terdahulu. Al-Qur’an mengungkapkan upaya dakwah yang dilakukan nabi terdahulu, kejadian dan peristiwa yang termasuk mukjizat yang diberikan Allah kepada mereka, sikap-sikap perlawanan dari kaum mereka, pertumbuhan dakwah, dan balasan bagi orang yang percaya (mukmin) dan mengingkari (mukadzdzib) dakwah para nabi. Di antara contoh kisah para nabi terdahulu kisah keteguhan Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail yang akan di sembelih.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٠٢ فَلَمَّآ أَسۡلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلۡجَبِينِ ١٠٣ وَنَٰدَيۡنَٰهُ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ ١٠٤ قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٠٥ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ ١٠٦ وَفَدَيۡنَٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيمٖ ١٠٧ وَتَرَكۡنَا عَلَيۡهِ فِي ٱلۡأٓخِرِينَ ١٠٨
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
104. Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
105. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
c. Metode Amtsal ( Perumpamaan )
Adakalanya Allah SWT mengajari hamba-hamba-Nya dengan membuat perumpamaan-perumpamaan. Ada beberapa perumpamaan yang ditemukan dalam Al-Qur’an, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah/2: 17.
مَثَلُهُمۡ كَمَثَلِ ٱلَّذِي ٱسۡتَوۡقَدَ نَارٗا فَلَمَّآ أَضَآءَتۡ مَا حَوۡلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمۡ وَتَرَكَهُمۡ فِي ظُلُمَٰتٖ لَّا يُبۡصِرُونَ ١٧
Artinya : Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.( QS. Al-Baqarah : 17 ).
d. Metode Keteladanan
Untuk memudahkan pemahaman dan pelaksanaan ajaran-ajaran yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya maka Allah SWT menyebutkan beberapa tokoh yang dapat dijadikan teladan antara lain: Keteladanan para Nabi, dapat dilihat dalam QS al-An’am/6: 90.
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُۖ فَبِهُدَىٰهُمُ ٱقۡتَدِهۡۗ قُل لَّآ أَسَۡٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ أَجۡرًاۖ إِنۡ هُوَ إِلَّا ذِكۡرَىٰ لِلۡعَٰلَمِينَ ٩٠
Artinya : Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)". Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.( QS. Al-An’am : 90 ).
e. Metode Targhib dan Tarhib
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan di akhirat yang disertai bujukan. Tarhibialah ancaman karena dosa atau pelanggaran yang dilakukan. Targhib dan tarhibbertujuan agar manusia mematuhi aturan Allah. Selanjutnya di dalam Al-Qur’an ditemukan sekitar 300 ayat yang berisi tentang targhib dan tarhib antara lain:
1. Ayat-ayat yang berisi targhib dapat dilihat dalam QS al-Baqarah/2: 25.
وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٥
Artinya : Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.( QS. Al-Baqarah : 25 ).
2. Ayat-ayat yang berisi metode tarhib, dapat dilihat pula dalam QS al-An’am/6: 147.
فَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل رَّبُّكُمۡ ذُو رَحۡمَةٖ وَٰسِعَةٖ وَلَا يُرَدُّ بَأۡسُهُۥ عَنِ ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡمُجۡرِمِينَ ١٤٧
Artinya : Maka jika mereka mendustakan kamu, katakanlah: "Tuhanmu mempunyai rahmat yang luas; dan siksa-Nya tidak dapat ditolak dari kaum yang berdosa".( QS. Al-An’nam : 147 ).
3. Tujuan Belajar dan Mengajar ( Pendidikan ) Menurut Al-Quran
Pendidikan sebagai upaya untuk membantu manusia dalam melaksankan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi, maka ada 3 ayat yang dapat dijadikan rujukan untuk merumuskan tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an yaitu:
a. QS Al-Dzariyaat/51: 56
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ ٥٦
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.( Al-Dzarriyaat : 56 ).
Ayat ini membuka sekian banyak sisi dan aneka sudut dan tujuan. Sisi pertama bahwa pada hakekatnya ada tujuan tertentu dari wujud manusia dan jin. Ia merupakan satu tugas. Siapa yang melaksanakannya, maka dia telah mewujudkan tujuan wujudnya, dan siapa yang mengabaikannya maka dia telah membatalkan hakekat wujudnya dan menjadilah dia sesorang yang tidak memiliki tugas (pekerjaan).
b. QS Al-Baqarah/2: 31
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبُِٔونِي بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ٣١
Artinya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"( QS. Al-Baqarah : 31 ).
Tugas khalifah tidak akan dinilai berhasil apabila materi penugasan tidak dilak- sanakan atau apabila kaitan antara penerima tugas dan lingkungannya tidak diperhatikan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah, manusia membutuhkan pembinaan dan pendidikan. Atau dengan kata lain pendidikan harus mampu membantu manusia dalam melaksanakan sebagai khalifah.
c. QS Al-Hujurat/49: 13:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.( QS. Al-Hujarat : 13 ).
Salah satu makna yang dapat dipahami dari ayat di atas adalah bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah manusia yang paling bertakwa, yaitu manusia yang senantiasa melaksanakan segala perintah Allah, baik perintah yang berkaitan dengan tugas kehambaan maupun yang berkaitan dengan tugas khalifahan dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian, tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an adalah membina manusia sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang di tetapkan oleh Allah atau dengan kata lain menjadikan manusia bertakwa kepada Allah SWT
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Al-Qur’an mengungkapkan istilah pendidikan dengan kata tarbiyah dan taklim. Kata tarbiyah digunakan untuk makna yang lebih luas yaitu proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental sedangkan kata taklim digunakan untuk makna yang lebih khusus yakni proses pemberian bekal berupa pengetahuan dan ketermpilan. Berdasarkan kedua istilah tersebut maka pendidikan menurut Al-Qur’an dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan secara terencana dan bertahap untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental kepada peserta didik sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
Tujuan pendidikan menurut Al-Qur’an adalah membina manusia sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang di tetapkan oleh Allah atau dengan kata lain menjadikan manusia bertakwa kepada Allah SWT.
Ada beberapa metode di dalam al-Qur’an yang dipergunakan oleh Allah SWT untuk menyampaikan ajaran-ajaran-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dapat diadopsi menjadi metode pendidikan antara lain; metode dialog, metode kisah, metode perumpamaan, metode keteladanan, serta metode targhib dan tarhib.
DAFTAR PUSTAKA
Syahidin. Menelusuri Metode Pendidikan dalam al Qur’an. Bandung: Alfabeta, 2009.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/lentera_pendidikan/article/viewFile/521/496
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Departemen Agama, 2009.
0 Response to "Adab Belajar dan Mengajar Menurut Al-Quran"
Post a Comment