Keseimbangan Ekonomi 2 Sektor
MAKALAH
( KESEIMBANGAN EKONOMI 2 SEKTOR )
“ UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR “
DAFTAR ISI
OLEH :
NAMA : MUHAMMAD NUR ASWAR SAIFULLAH
KELAS : MAN 6 - 15
NIM : 105720544415
“ UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR “
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “KESEIMBANGAN EKONOMI DUA SEKTOR” ini. Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan kita tercinta Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dana, dan tenaga penulis. Semoga segala bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dapat bernilai ibadah di sisi Allah Subhana wa Taala. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfat bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
D. METODE DAN TEKNIK PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Ciri – ciri konsumsi dan tabungan rumah tangga
2. Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
3. Penentu – penentu konsumsi dan tabungan
4. Investasi perusahaan swasta dan fungsi investasi
5. Penentu – penentu tingkat investasi
6. Perubahan dalam keseimbangan yang multiplier
7. Menentukan besarnya multiplier
8. Perubahan keseimbangan pendapatan nasional dan faktor yang menyebabkannya
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam mempelajari sistem perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam perekonomian dua sektor merupakan keseimbangan dari sisi pendapatan dan sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dan sektor swasta, dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri.
Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa dilakukan dengan membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, untuk melihat bagaimana perubahan pendapatan terhadap tingkat pengeluaran konsumsi dan tabungan. Kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan konsumsi disebut dengan Marginal Propensity to Consume (MPC). Sedangkan kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan tabungan disebut dengan Marginal Propensity to Save (MPS).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Ciri – ciri konsumsi dan tabungan rumah tangga.
2. Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.
3. Penentu – penentu konsumsi dan tabungan.
4. Investasi perusahaan swasta dan fungsi investasi.
5. Penentu – penentu tingkat investasi.
6. Perubahan dalam keseimbangan yang multiflier.
7. Menentukan besarnya multifliier.
8. Perubahan keseimbangan pendapatan nasional dan faktor yang menyebabkannya.
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui peran kedua sektor dalam perekonomian
2. Memperluas wawasan tentang sektor – sektor perekonomian
3. Menuntut mahasiswa mengetahui tentang keseimbangan ekonomi
D. METODE DAN TEKNIK PENULISAN
Berbagai metode dan teknik penuisan dapat kita gunakan. Namun dalam hal ini metode dan teknik penulisan yang kami gunakan dengan cara browsing internet dan kajian buku.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Ciri – ciri konsumsi dan tabungan rumah tangga.
fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat konsumsi rumahtangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut. Setiap pertambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi dan pertambahan tabungan (saving).
Apabila fungsi konsumsi dan fungsi tabungan ditulis dalam notasi fungsi, bentuk umumnya seperti berikut.
Dimana:
C = Konsumsi
S= Saving (tabungan)
Y = Pendapatan
Sedangkan dalam bentuk persamaan linear akan berbentuk:
Persamaan yang benar
Keterangan:
~ Konsumsi otonomi, yaitu besarnya konsumsi pada saat pendapatan nol. a dapat dicari dengan rumus a = (APC–MPC) Yn
~ Hasrat mengonsumsi marginal (Marginal Propencit to Consume) atau MPC.
(1–b) = Hasrat menabung marginal (Marginal Propencit to Save) atau MPS.
Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan merupakan garis lurus, dan ini disebabkan nilai MPC dan MPS tetap. Seterusnya kecondongan fungsi konsumsi adalah kurang dari 45 dan selalu memotong garis 45 . Sifat ini disebabkan MPC lebih kecil dari satu. Fungsi konsumsi memotong garis 45 pada nilai pendapatan nasional sebanyak Rp 360 triliun karena pada tingkat pendapatan itu konsumsi rumah tangga = pendapatan nasional. Fungsi tabungan memotong sumbu datar pada pendapatan nasional sebanyak Rp 360 triliun karena pada pendapatan ini tabungan rumah tangga = 0.
fungsi tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat tabungan rumahtangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.
Dalam makro ekonomi, yang dibahas tidak satu rumah tangga saja, melainkan kumpulan rumah tangga dalam satu perekonomian.Dengan demikian konsumsi seluruh rumah tangga disebut koonsumsi keseluruhan atau konsumsi agregat, sedangkan tabungan seluruh rumah tangga disebut tabungan keseluruhan atau tabungan agregat.
2. Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.
Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan merupakan garis lurus karena nilai MPC dan MPS tetap.Kecenderungan fungsi konsumsi kurang dari 45 derajat dan selalu memotong garis 45 derajat.Hal ini disebabkan oleh nilai MPC lebih kecil dari 1.
Ciri fungsi konsumsi adalah fungsi konsumsi sama dengan nilai MPC dalam hal kemiringan. Hal iini dapat dibuktikan, pada saat pendapatan nasional 120 teriliun, konsumsi juga bernilai 120 triliun dan pada saat pendapatan nasional naik menjadi 160 teriliun, konsumsi hanya naik menjadi 150 teriliun. Perubahan tersebut menunjukkan bahwa kecondongan fungsi konsumsi adalah sebesar 0,75. Nilai ini sama dengan nilai MPC, yang berarti kecondongannya sama dengan nilai MPC. Demikian juga dengan fungsi tabungan. Kecondongan fungsi tabungan akan selalu sama dengan nilai MPS.
Orang yang telah memiliki banyak kekayaan cenderungan tidak mau lagi menabung sehingga sebagian besar pendapatannya digunakan untuk konsumsi. Akan tetapi, orang yang tidak memiliki kekayaan sebelumnya, cenderung lebih giat menabung untuk masa depan.
Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar nilai uang yang ditabung. Sebaliknya, apabila suku Bunga rendah, kecenderungan menabung akan rendah karena pendapatan dari tabungan kecil.
Pada masyarakat yang suka berhemat, MPC-nya cenderung rendah, sedangkan MPS-nya tinggi.Sebaliknya pada masyarakat yang tidak biasa berhemat, MPC-nya selalu lebih tinggi daripada MPS-nya.
3. Penentu – penentu konsumsi dan tabungan.
· Kekayaan yang Telah Terkumpul
Sebagai akibat dari mendapat hatra warisan, atau tabungan yang banyak sebagai akibat usaha di masa lalu, makan seseorang berhasil mempunyai kekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan yang seperti itu ia sudah tidak terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian dari pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi di masa sekarang. Sebaliknya, untuk orang yang tidak memperoleh warisan atau kekayaan, mereka akan lebih bertekad untuk menabung untuk memperoeh kekayaan yang lebih banyak di masa yang akan datang, atau untuk memenuhi kebutuhan masa depan keluarganya seperti membeli rumah, membiayai pendididkan anak atau membuat tabungan untuk persiapan di hari tua.
· Suku Bunga
Suku bunga dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan. Rumah tangga akan membuat lebih banyak tabungan apabila suku bunga tinggi karena lebih banyak pendapatan dari penabungan akan diperoleh. Pada suku bunga yang rendah orang tidak begitu suka membuat tabungan karena mereka merasa lebih baik melakukan pengeluaran konsumsi dari menabung. Dengan demikian pada tingkat bunga yang rendah masyarakat cenderung menambah pengeluaran konsumsinya.
· Sikap Berhemat
Masyarakat yang tidak suka berbelanja lebih-lebihan dan lebih mementingkan tabungan, dalam masyarakat APC dan MPC nya adalah lebih rendah. Apabila masyarakat yang konsumsi yang tinggi, berarti APC dan MPC nya lebih tinggi.
· Keadaan Perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh dandengan tidak banyak pengangguran masyarakat berkecenderungan melakukan pengangguran yang lebih aktif. Mereka mempunyai kecenderungan kurang dalam hal menabung. Tetapi dalam hal perekonomian yang lambat perkembangannya, tingkat penganguran menunjukkan peningkatan sikap masyarakat dalam menggunakan uang dan pendapatannya menjadi makin berhati-hati.
· Distribusi Pendapatan
Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya tidak merata, lebih banyak tabungan akan dapat diperoleh. Dalam masyarakat yang demikian (i) sebagian besar pendapatan nasional dinikmati oleh segolongan kecil penduduk yang sangat kayya, dan (ii) golongan masyarakat ini mempunyai kecendurungan menabung yang tinggi. Maka mereka dapat menciptakan tabungan yang banyak. Segolongan besar penduduk mempunyai pendapatan yang hanya cukup membiayai konsumsinya dan tabungannnya adalah kecil. Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya lebih seimbang tingkat tabungannya relatif sedikit karena meeka mempunyai kecondongan mengkonsumsi yang tinggi.
· Tersedia Tidaknya Dana Pensiun yang Mencukupi
Program dana pensiun dijalankan di berbagai negara. Ada negara yang memberikan pensiun yang cukup tinggi kepada golongan pendududkny a yang telah tua. Apabila pendapatan dari pensiun besar jumlahnya, para pekerja tidak terdorong untuk melakukan tabungan yang banyak pada masa bekerja dan ini menaikan tingkat konsumsi. Sebaliknya, apabila pendapatan pensiun sebagai jaminan hidup di hari tua sangat tidak mencukupi, masyarakat cenderung akan menabung lebih banyak ketika mereka bekerja.
4. Investasi perusahaan swasta dan fungsi investasi.
Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.” Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contohnya membangun rel kereta api atau pabrik. Investasi adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M). Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik dan mesin) dan investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.
5. Penentu – penentu tingkat investasi.
Di dalam melakukan investasi, terdapat faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi, yaitu:
· Tingkat Keuntungan yang Akan Diperoleh
Adanya keuntungan yang diperoleh akan memberikan gambaran kepada pihak perusahaan mengenai jenis-jenis investasi yang mempunyai prospek baik untuk dilaksanakan. Juga dapat menentukan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan tambahan barang modal yang diperlukan. Selain itu, juga dapat menentukan jenis-jenis investasi yang mampu memberikan keuntungan kepada para pengusaha.
· Perkiraan Keadaan Perekonomian di Masa Depan
Dalam memperkirakan mengenai keadaan ekonomi di masa depan perusahaan harus bertanya: Apakah keadaan di masa depan akan memberikan keuntungan yang besar sesuai dengan kegiatan ekonomi yang sedang dibuat atau direncanakan? Maka, perkiraan tersebut meliputi stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi serta pertambahan pendapatan masyarakat. Apabila keadaan masa depan semakin baik, maka semakin besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan lebih terdorong untuk melaksanakan investasi yang telah atau sedang dirumuskan dan direncanakan.
· Tingkat Pendapatan Nasional
Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, sehingga akan memperbesar permintaan terhadap barang dan jasa. Dengan demikian, keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan hal ini akan mendorong kegiatan investasi yang lebih banyak. Dalam jangka panjang, apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula.
· Kemajuan dan Perkembangan Teknologi
Faktor yang menentukan besarnya investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha adalah kegiatan untuk menggunakan penemuan-penemuan teknologi baru dalam proses produksi. Kegiatan para pengusaha untuk menggunakan teknologi yang baru dikembangkan dalam kegiatan produksi atau manajemen dikenal dengan istilah pembaruan atau inovasi. Semakin banyak perkembangan teknologi yang dibuat, semakin banyak pula kegiatan pembaruan yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Untuk melaksanakan pembaruan-pembaruan, para pengusaha harus membeli barang-barang modal baru dan adakalanya juga harus mendirikan bangunan-bangunan pabrik industri yang baru. Sehingga dengan semakin banyak pembaruan yang dilakukan, semakin tinggi tingkat investasi yang akan tercapai.
· Suku Bunga
Kegiatan investasi dapat dilaksanakan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan suku bunga. Sehingga semakin besar dana yang digunakan untuk kegiatan investasi maka jumlah uang yang disimpan di bank juga semakin besar.
6. Perubahan dalam keseimbangan yang multiplier.
Dari satu periode ke periode lainnya keseimbangan pendapatan nasional akan selalu mengalami perubahan. Dalam perekonomian dua sektor perubahan tersebut disebabkan karena perubahan dalam investasi. Perkembangan teknologi misalnya, akan menambah investasi dan investasi yang bertambah akan memindahkan pengeluaran agregat C + I ke atas. Maka keseimbangan pendapatan yang baru akan dicapai dan pendapatan nasional akan bertambah. Pengurangan investasi juga dapat berlaku, dan sekali lagi pengeluaran agregat C+I akan mengalami perubahan. kali ini akan turun ke bawah dan keseimbangan pendapatan nasional dicapai pada pendapatan nasional yang lebih rendah.
Nilai multiplier menggambarkan perbandingan di antara jumlah pertambahan pengurangan dalam pendapatan nasional dengan jumlah pertambahan pengurangan dalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional tersebut.
Dalam perekonomian dimana pengeluaran agregat adalah penentu utama keseimbangan pendapatan nasional, kenaikan dalam tabungan yang seharusnya mewujudkan pengurangan dalam konsumsi dan pengeluaran/pembelanjaan agregat, akan merendahkan tingkat pendapatan nasioanal yang dicapai. Fenomena ini dinamakan paradoks berhemat.
7. Menentukan besarnya multiplier.
Uraian mengenai proses multiplier dengan menggunakan contoh angka dapat menerangkan bagaimana proses tersebut wujud, tetapi tidak menerangkan secara jelas bagaimana menentukan besarnya nilai multiplier. Penghitungan nilai multiplier dapat dengan lebih mudah dilakukan dengan menggunakan aljabar.
Dalam perekonomian tiga sektor, perubahan perbelanjaan agregat bukan saja diakibatkan oleh perubahan dalam investasi, tetapi juga oleh pajak dan pengeluran pemerintah. Besarnya nilai multiplier dari perubahan berbagai faktor tersebut akan diterangkan dalam uraian berikut ini.
Empat jenis multiplier akan ditentukan besarnya, yaitu: multiplier investasi, pengeluaran pemerintah, pajak dan anggaran belanja seimbang. Penghitungan nilai multiplier yang akan diterangkan menggunakan pemisalan-pemisalan di bawah ini:
Fungsi konsumsi adalah C = a + bYd.
Dua bentuk sistem pajak akan digunakan. Dalam contoh yang pertama pajaknya adalah pajak tetap, yaitu T = Tx, sedangkan dalam contoh kedua pajaknya adalah pajak proporsional, yaitu: T = tY.
Fungsi investasi yang asal adalah I dan fungsi pengeluaran pemerintah yang asal adalah G.
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
∆Y = K . ∆I
Dimana K adalah angka pengganda.
· PERHITUNGAN ANGKA PENGGANDA DENGAN PENDEKATAN DUA SEKTOR
Contoh: Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y dan besarnya investasi (I) = 10, maka pendapatan keseimbangan sebesar 120. Apabila terdapat tambahan investasi sebesar 2, maka pendapatan sekarang adalah sebagai berikut:
Jawab:
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + 8 = 128 milyar rupiah
· PERHITUNGAN ANGKA PENGGANDA DENGAN PENDEKATAN TIGA SEKTOR
Contoh: Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi (C) = 20 + 0,75Y. Besarnya investasi (I) = 10, pengeluaran pemerintah (G) = 8, pajak (TX) = 6 dan pembayaran transfer: (Tr) = 5.
Ditanya:
Berapa pendapatan sekarang (Ysek), apabila terdapat tambahan pajak sebesar 2.
Berapa pendapatan sekarang (Ysek), apabila terdapat tambahan pembayaran transfer sebesar 2.
Berapa pendapatan sekarang (Ysek), apabila terdapat tambahan investasi sebesar 2.
Berapa pendapatan sekarang (Ysek), apabila terdapat tambahan pengeluaran pemerintah sebesar 2.
Jawab:
Apabila terdapat tambahan pajak
∆Y = K . ∆I
∆Y = (-3) . 2 = -6
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + (-6) = 114 milyar rupiah
Apabila terdapat tambahan pembayaran transfer
∆Y = K . ∆I
∆Y = 3 . 2 = 6
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + 6 = 126 milyar rupiah
Apabila terdapat tambahan investasi
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + 8 = 128 milyar rupiah
Apabila terdapat tambahan pengeluaran pemerintah
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + 8 = 128 milyar rupiah
· PERHITUNGAN DENGAN PENDEKATAN EMPAT SEKTOR
Contoh: Dimisalkan (dalam milyar rupiah) fungsi konsumsi: C = 20 + 0,75Y. Besarnya investasi (I) = 10, pengeluaran pemerintah (G) = 8, pajak (TX) = 6, pembayaran transfer (Tr) = 5, ekspor (X) = 4 dan impor (M) = 3.
Ditanya:
Berapa pendapatan sekarang (Ysek), apabila terdapat tambahan pajak sebesar 2.
Berapa pendapatan sekarang (Ysek), apabila terdapat tambahan pembayaran transfer sebesar 2.
Berapa pendapatan sekarang (Ysek), apabila terdapat tambahan investasi sebesar 2.
Jawab:
Apabila terdapat tambahan pajak
∆Y = K . ∆I
∆Y = (-3) . 2 = -6
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + (-6) = 114 milyar rupiah
Apabila terdapat tambahan pembayaran transfer
∆Y = K . ∆I
∆Y = 3 . 2 = 6
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + 6 = 126 milyar rupiah
Apabila terdapat tambahan investasi
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + 8 = 128 milyar rupiah
Apabila terdapat tambahan pengeluaran pemerintah
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + 8 = 128 milyar rupiah
Apabila terdapat tambahan ekspor
∆Y = K . ∆I
∆Y = 4 . 2 = 8
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + 8 = 128 milyar rupiah
Apabila terdapat tambahan impor
∆Y = K . ∆I
∆Y = (-4) . 2 = -8
Ysekarang = Ysebelum + Tambahan Y (∆Y)
Ysekarang = 120 + (-8) = 112 milyar rupiah
8. Perubahan keseimbangan pendapatan nasional dan faktor yang menyebabkannya.
Apabila dimisalkan perekonomian tersebut terdiri tiga sektor, keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai pada keadaan: Y = C + I + G. Dengan demikian pendapatan nasional adalah Y. Apabila perekonomian ini berubah menjadi ekonomi terbuka, akan timbul dua aliran pengeluaran baru, yaitu ekspor dan impor. Ekspor akan menambah pengeluaran agregat manakala impor akan mengurangi pengeluaran agregat. Dengan demikian, apabila perekonomian berubah dari ekonomi tertutup ke ekonomi terbuka, pengeluaran agregat akan bertambah sebanyak ekspor neto, yaitu sebanyak ( X – M). Nilai ekspor neto ini perlu ditambahkan kepada fungsi pengeluaran agregat untuk perekonomian tertutup ( AE = C + I + G ) dan akan diperoleh fungsi pengeluaran agregat untuk ekonomi empat sektor , yaitu : AE = C + I + G + ( X – M ).
Sebagai akibat dari perubahan ini keseimbangan pendapatan nasional pindah dari Eo menjadi E1 , dan menyebabkan pendapatan nasional meningkat dari Y3 (pendapatan nasional dalam perekonomian tertutup ) menjadi Y4 (pendapatan nasional untuk perekonomian terbuka). Patut disadari bahwa fungsi AE = C + I +G + ( X – M ) tidak sejajar dengan AE = C + I + G dan dengan fungsi konsumsi (C). Keadaan demikian berlaku karena impor (M) nilainya sebanding (proportional) dengan pendapatan nasional, maka fungsi AE = C + I +G + ( X – M ) lebih landai.
Keseimbangan pendapatan nasional menurut suntikan-bocoran yaitu apabila dimisalkan ekonomi terdiri dari tiga sektor, keseimbangan dicapai pada Eo yaitu apabila S + T = I + G dan pendapatan nasional adalah Y3. Perubahan dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian terbuka, menyebabkan :
(i) Suntikan bertambah sebanyak X, dari I + G menjadi I + G + X. Perubahannya sejajar karena ekspor adalah pengeluaran otonomi.
(ii) Bocoran bertambah sebanyak M, dari S + T , menjadi S + T + M. Fungsi S + T + M bermula dari garis asal S + T dan semakin menjauhi S + T karena M adalah pengeluaran terpengaruh ( sebanding dengan pendapatan nasional ).
Dengan demikian, efek dari perubahan dalam (i) dan (ii) dalam perekonomian terbuka keseimbangan akan dicapai dar E3, yaitu pada persilangan di antara I + G + X dan S + T + M. Maka pendapatan nasional dari ekonomi empat sektor adalah Y4.
Dalam perekonomian terbuka pendapatan nasional adalah sama dengan pengeluaran-pengeluaran berikut : pengeluaran rumah tangga terhadap produksi dalam negeri, tabungan rumah tangga, pajak perusahaan dan individu yang dibayar dan pengeluaran ke atas barang impor. Dalam persamaan :
Y = Cdn + S + T + M
Oleh karena kesamaan di atas maka apabila Y = Cdn dengan sendirinya S + T + M = 0
PERUBAHAN-PERUBAHAN KESEIMBANGAN
Perubahan pengeluaran rumah tangga, perubahan komponen-komponen suntikan (I, G dan X ) dan perubahan komponen-komponen bocoran ( S, T atau M ) akan menimbulkan perubahan ke atas keseimbangan pendapatan nasional. Kenaikan dalam pengeluaran rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah atau ekspor akan menaikkan pendapatan nasional. Kenaikan pengeluaran agregat juga akan menimbulkan proses multiplier sehingga pada akhirnya menyebabkan pertambahan pendapatan nasional adalah lebih besar dari pertambahan pengeluaran agregat yang berlaku. Dalam ekonomi empat sektor nilai multiplier adalah lebih kecil dari dalam ekonomi tiga sektor. Sebabnya adalah karena dalam perekonomian terbuka dimisalkan impor adalah sebanding dengan pendapatan nasional, yaitu persamaan impor adalah M = m Y. Nilai m menyebabkan tingkat “bocoran” (presentasi dari pertambahan pendapatan nasional yang tidak dibelanjakan kembali untuk menimbulkan proses multiplier selanjutnya ) menjadi bertambah besar.
Perubahan komponen yang meliputi bocoran ( S, T atau M ) akan menimbulkan akibat yang sebaliknya dari yang ditimbulkan oleh komponen pengeluaran agregat. Kenaikan tabungan, atau pajak atau impor akan mengurangi pendapatan nasional. Proses multiplier akan menyebabkan pendapatan nasional berkurang lebih besar dari kenaikan bocoran.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam mempelajari sistem perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam perekonomian dua sektor merupakan keseimbangan dari sisi pendapatan dan sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dan sektor swasta, dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri. fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat konsumsi rumahtangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut.
Setiap pertambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi dan pertambahan tabungan (saving).
Aliran-aliran pendapatannya adalah sebagai berikut:
v Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki rumah tangga (berupa gaji, upah, sewa, bunga dan untung).
v Sebagian besar pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi, yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
v Sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan ditabung dalam institusi-institusi keuangan.
v Pengusaha yang ingin melakukan investasi akan meminjam tabungan rumah tangga yang dukumpulkan oleh institusi-institusi keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://noviarani23.blogspot.co.id/2013/12/makalah-perekonomian-2-sektor.html
http://aaynyacicin.blogspot.co.id/
http://nashraanjani.blogspot.co.id/2012/01/peningkatan-pendapatan-melalui.html
http://fikrigreen.blogspot.co.id/2009/12/penentu-penentu-konsumsi-dan-tabungan.html
https://julfarizalh.wordpress.com/2015/01/06/penentu-penentu-lain-konsumsi-dan-tabungan/
http://ekonomikelasx.blogspot.co.id/2009/04/faktor-faktor-yang-menentukan-investasi.html
http://fikrigreen.blogspot.co.id/2009/12/perubahan-dalam-keseimbangan-dan.html
https://retnoyuliyanti.wordpress.com/2012/04/01/makalah-perhitungan-pendapatan-nasional-4/
https://josephinejoe.wordpress.com/2013/06/14/keseimbangan-perekonomian-terbuka/
Eko, Yuli. 2009. Ekonomi 1 : Untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
Mulyati, sri Nur dan Mahfudz, Agus dan Permana, Leni. 2009.Ekonomi 1 : Untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.
0 Response to "Keseimbangan Ekonomi 2 Sektor"
Post a Comment